Maret 2020.
Dunia mendadak sunyi. Jalanan yang biasanya penuh dengan suara kendaraan, mendadak kosong. Hanya suara detik jam dan notifikasi berita yang menemani hariku di dalam kamar kos sempit itu.
Aku masih ingat hari ketika kantor mengumumkan: "Kita akan bekerja dari rumah sampai waktu yang belum ditentukan." Awalnya terdengar seperti liburan. Tapi hari berubah minggu, minggu berubah bulan, dan sunyi itu tak kunjung pergi.
"Aku tidak takut virus. Aku takut kesepian yang pelan-pelan memakan semangatku."
Di desa kecil tempat ibuku tinggal, sinyal sulit, berita lambat. Setiap panggilan video adalah perjuangan. Aku takut bukan hanya karena virus, tapi karena aku tidak bisa memeluknya di saat-saat ia paling butuh anaknya.
Haotogel Mengasihaniku, sehingga aku memutuskan pulang disaat keadaan yang tersulit itu dengan haotogel
Suatu pagi, ada kabar dari grup kantor. Pak Rahmat, guru senior yang ramah dan suka bercanda itu, telah tiada. COVID mengambilnya diam-diam. Tidak ada perpisahan. Hanya status WhatsApp terakhir dan doa yang tak sempat disampaikan langsung.
"Kita menguburkan orang-orang yang kita cintai dalam senyap, lalu berpura-pura kuat agar hidup bisa terus berjalan."
Pandemi mengajarkan banyak hal. Tentang pentingnya memeluk, tentang waktu yang tak akan kembali, tentang kekuatan manusia untuk bertahan meski hancur di dalam. Aku menulis ini bukan untuk mengenang duka, tapi untuk memberi ruang bagi cerita yang jarang terdengar.
Karena kadang, kita hanya butuh satu kalimat sederhana: "Aku juga merasakannya."
March 2020.
The world suddenly fell silent. Busy streets turned empty. The ticking clock and news notifications became my daily companions in that cramped rented room.
I remember the day the office announced: "We will work from home until further notice." At first, it felt like a holiday. But days became weeks, and weeks became months. And the silence stayed.
"I wasn’t afraid of the virus. I was afraid of the loneliness quietly eating away my spirit."
In the small village where my mother lives, signal is weak, and news travels slow. Every video call was a battle. I was scared not just of COVID, but of not being able to hug her when she needed me most.
One morning, we got news on our office group chat. Mr. Rahmat, the kind and cheerful senior teacher, had passed away. COVID took him silently. There was no goodbye. Just his last WhatsApp status and unsent prayers.
"We bury the ones we love in silence, then pretend to be strong so life can keep going."
The pandemic taught me a lot. About the power of a hug, about time that won't return, and about the strength to endure even when we're broken inside. I write this not just to mourn, but to make space for the stories left unheard.
Because sometimes, we only need one simple sentence: "I felt it too."